Saya mau mencatat beberapa hal penting yang disampaikan oleh Pak Santoso, terutama yang masukannya benar2 mencerahkan pikiran saya.
Ini dia yang saya dapatkan...
Usia 3-6 tahun adalah the Golden Age untuk mengenalkan musik pada anak. Terutama ritme dan melodi. Pantesan KMA yang dulu saya ikuti saat berumur 5 tahun, rasanya masih berkesan sampai sekarang! Inget banget dulu nyanyi2, belajar nulis kunci G, not, dll.. Gampang banget masuk otaknya!
Usia 7-10 tahun adalah saat minat si anak terbuka. Inilah saat eksplorasi terkuat! Seinget saya, memang saat2 itu ketika diajarkan tentang musik, rasanya tertarik banget! Pengen tahu semuanya. Maybe that's why anak2 yang belajar piano klasik gila2an (seperti di China) bener2 bisa berkembang luar biasa. Saya rasa karena tuntutan yang tinggi itu sudah ditanamkan dan dibiasakan sejak usia muda, saat mereka sedang minat2nya, saat mereka sedang penasaran2nya. Jadi, bahan yang sulit seperti Bach pun bisa lho dimainkan oleh anak-anak di sana. Coba lihat saja video2 yang saya ambil dari youtube ini.
Sadis kan??? Saya main Bach aja pas umur 16 tahun. Sampe sekarang main Bach pun masih merupakan tantangan yang berat buat saya. Namun ternyata, anak2 di sana mampu memainkan Bach dari usia yang sangat muda. Mereka bener2 dipush sampai jauh melebihi kapasitas yang kita kira mereka miliki. Ternyata kapasitas mereka luar biasa besar!! Salut deh!!
Sebenarnya, seminar ini ditujukan bagi para orang tua yang mendaftarkan anaknya untuk les musik. Saran yang diberikan bagi para orang tua adalah:
1. Saat anak menunjukkan minatnya pada musik, orang tua sebaiknya membantu dengan membuat atmosfer di rumah penuh nyanyian. Sering2 deh ajak si anak menyanyi bersama. Hal ini sangat membantu meningkatkan kepekaan anak terhadap interval2 nada, bahkan musikalitas anak itu sendiri. Bisa juga saat pergi ke luar kota bersama. Pas di mobil, menyanyilah bersama2. Pasti menyenangkan!
2. Selain menyanyi, orang tua juga bisa membantu dengan membelikan cd-cd atau kaset-kaset lagu. Dengan demikian, bank lagu si anak pun bertambah dan wawasannya semakin luas. Dengan mendengar sebanyak mungkin, kreatifitas si anak dalam bermusik pun semakin terasah. Sebagai orang tua, peran kita adalah me-maintain kecintaan anak pada musik.
2. Selain menyanyi, orang tua juga bisa membantu dengan membelikan cd-cd atau kaset-kaset lagu. Dengan demikian, bank lagu si anak pun bertambah dan wawasannya semakin luas. Dengan mendengar sebanyak mungkin, kreatifitas si anak dalam bermusik pun semakin terasah. Sebagai orang tua, peran kita adalah me-maintain kecintaan anak pada musik.
3. Kemudian soal pemilihan instrumen. Seringkali, orang tua memaksakan anaknya belajar piano dengan alasan piano adalah dasar dari instrumen2 lainnya. Memang benar. Namun, sebagai orang tua, kita juga harus memperhatikan bakat dan kemampuan si anak. Janganlah bersedih saat si anak tampak tidak mengalami kemajuan pada pelajaran2 pianonya. Mungkin instrumen lain akan lebih cocok baginya. Pada umumnya, alat musik bisa dikategorikan dalam 2 macam, yaitu ritmis (perkusi seperti drum, timpani, dll) dan melodis (piano, biola, flute). Kalau si anak sukanya mukul2, merasakan ketukan2, jangan dipaksakan si anak belajar alat musik melodis. Coba alihkan dengan instrumen perkusi, misalnya drum. Jangan anggap instrumen drum tidak baik dan cenderung akan mendorong anak menjadi nakal dan keras. Alat musik perkusi pun mempunyai peranan yang sangat penting dalam menghasilkan musik yang enak didengar. Kalau memang kekuatannya di instrumen melodis, silakan memperkenalkannya pada instrumen seperti piano, biola, viola, cello, flute, clarinet, saxophone, trumpet, horn, trombone, dsb. Pemilihan instrumen yang tepat akan mendorong anak berkembang secara maksimal. Ingat, orang tua seharusnya memfasilitasi anak, bukan memaksakan kehendaknya pada anak.
4. Selain itu, orang tua perlu mendorong anaknya untuk berpartisipasi dalam permainan grup seperti duet, trio, kwartet, ensembel, dan orkestra. Hal ini sangatlah penting! Mengapa? Karena seorang anak yang sudah terbiasa main sendiri dengan benar, biasanya jadi merasa diri sendiri paling benar. Ia akan lebih egois dan tidak mau mendengar pendapat orang lain. Namun, dengan bermain dalam grup, anak harus belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman dalam grupnya. Misalnya, ia harus menyamakan tempo. Tidak boleh main cepat sendiri, sementara teman2nya bermain dalam tempo lambat. Tidak boleh juga ia bermain dengan dinamika kuat sendiri, padahal teman2nya bermain dengan dinamika halus. Jadi, dari belajar musik, ia pun belajar bagaimana menempatkan diri di tengah-tengah lingkungan sosialnya.
5. Setelah anak kita mahir bermain musik, pelajaran penting lainnya yang perlu kita tanamkan adalah: pelajaran kerendahan hati. Kalau seseorang sudah jago main musik, pasti ia akan menerima banyak pujian, lalu lama kelamaan menjadi sombong. Bukankah lucifer pun jatuh karena kesombongannya, karena dia mampu bermusik dengan baik? Jadi, tetaplah berdoa bagi anak kita dan menuntunnya untuk punya sikap rendah hati saat ia sudah menjadi seorang pemusik yang handal. Tuntun ia untuk tetap menjadi pemusik yang meneladani Tuhan Yesus. Oke?!
Demikianlah yang bisa saya bagikan dari seminar singkat yang diadakan hari Sabtu lalu. Moga2 berguna yah! :)
keren stepphh!!!
BalasHapushai ci!! yg keren youtubenya kan? hahaha keren gila tu anak2! ^^
BalasHapusjadi pengen pny anak trus diajarin musik dari kecil *lho? hahaha..
BalasHapus@dea: emang sebaiknya dari kecil de! hehehehe tapi punya anaknya kapan? mo sekarang?? :D
BalasHapuswow... aku seneng liat org main piano, tp liat anak kecil itu jagooo banget, step :)
BalasHapussalut deh..
anak muridmu ada yg sdh bisa spt itu, step?
@ko alex: blom ada muridku yg kaya gitu ko. di indo kayanya belom sesadis itu deh kurikulumnya. ada sih 1 sekolah musik yg nerapin kurikulum berat gitu, sejak murid masih umur 6 taunan. tapi anaknya belom sampe semahir yg di utube.
BalasHapus