Saya seringkali merasa kuatir akan banyak hal. Dulu saya kuatir kalau nilai ulangan saya jelek, saya kuatir gak naek kelas, saya kuatir ketinggalan buku pelajaran, saya kuatir terlambat datang ke tempat les, dsb. Sekarang, kekuatiran saya mulai berubah. Saya mulai gak mikirin diri sendiri dan sekolah doank. Saya mulai kuatir mami saya yang makin tua dan kakinya suka sakit kalau jalan lama-lama. Saya kuatir tentang keadaan koko2 saya dan cici2 ipar saya, saya kuatir tentang kehidupan dan pertumbuhan rohani saudara2 seiman saya di gereja, saya kuatir tentang tabungan saya buat masa depan, dsb. Walaupun yang saya kuatirkan mulai berbeda, tapi saya tetap merasa kuatir.
Hmm.. ketika saya merasa kuatir, saya ingat kata-kata di Matius 6:25-34. Tuhan Yesus di situ bilang, "Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan, dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?" Setelah baca ayat ini, saya jadi bingung dan merasa bersalah. Jadi,saya gak boleh ya kuatir? Padahal kan saya kuatir artinya saya peduli. Coba bayangin, besok ada ulangan, tapi saya tenang2 aja, gak belajar sama sekali. Alasannya: kan Tuhan Yesus yg suruh jangan kuatir. Apa benar saya harus berpikir begitu? Atau tentang kekuatiran saya yang sekarang2 ini. Kalau mami saya kakinya sakit dan dia gak bisa untuk sekedar bangun dari tempat tidur, jadi saya boleh bersantai2 pergi sama temen2 ke mall dan nonton film terbaru? Padahal di rumah lagi ga ada orang, mami saya sendiri. Alasan yang sama: Tuhan Yesus yg suruh saya jangan kuatir.. Atau tentang masa depan. Apa boleh saya tiap hari tidur-tiduran sambil nonton TV, gak latihan piano, gak ngajar piano, gak pelayanan, gak berinteraksi dengan sesama, dan berharap bahwa di masa depan kehidupan saya akan sangat baik dan sukses? Kan Tuhan Yesus bilang spy kita jangan kuatir akan hari besok. Kan ayat 34 berkata: Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. So, kita gak perlu peduli tentang berbagai hal dalam hidup ini. Kalian setuju dg pemikiran saya?
Tetapi, apa sebenarnya yang Tuhan Yesus mau sampaikan di perikop Hal Kekuatiran di Matius 6: 25-34 ini? Waktu saya saat teduh menggunakan Our Daily Bread tanggal 1 Juli 2010 kemarin, saya merasa mendapat pencerahan mengenai rasa kuatir ini. Tuhan Yesus berbicara banyak sekali dari sa-te saya. Saya diajarkan alasan-alasan yang sesungguhnya kenapa Tuhan minta kita untuk jangan kuatir.
Alasan yang pertama:
Matius 6: 27 -> Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Buat para pembaca yang masih SD/SMP (kalau ada.. ;D ), hasta itu satuan ukuran panjang, seperti yg kita sering pakai pas sekolah adalah centimeter (cm). Kalau mau jelas, bisa dibuka di kamus Alkitab teman-teman sendiri di bagian belakang. Ada penjelasan bahwa 1 hasta = 45 cm. Tuhan Yesus menggambarkan seolah-olah perjalanan hidup kita ini seperti sebuah garis yang panjang, yang bisa diukur dengan hasta, atau boleh juga dengan centimeter. Tapi, seperti yang kita tahu, kita mengukur perjalanan hidup kita dengan satuan umur, yaitu hari, bulan, dan tahun. Jadi, Tuhan Yesus sebenarnya mau bilang: Kalau kamu kuatir, apakah kamu bisa memperpanjang umurmu di bumi? Kamu bisa nambahin sebulan lagi umurmu kalau Aku berkata tidak boleh? Apa jawaban kita? Tentu aja gak bisa kan. Siapa yang tahu umur kita masing-masing? Pasti gak ada yang tahu. Kita bahkan ga tau kalo sedetik lagi kita masih ada di dunia ini atau ga. Kita gak punya kendali 100% untuk mengatur hidup kita sendiri, terutama mengenai kelahiran dan kematian kita. Kita boleh berencana, tapi kan tetep Tuhan yang menentukan. Jadi, gak ada gunanya kita kuatir, toh kita gak bisa mengendalikan masa depan kita. Inilah alasan pertama Tuhan Yesus suruh kita untuk gak kuatir. Gak ada gunanya!
Alasan kedua:
Matius 6: 28b-30 -> (28b) Perhatikanlah bunga bakung yang di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, (29) namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. (30) Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Dari ayat-ayat ini, Tuhan Yesus menunjukkan kasihNya yang begitu dalam bagi saya dan bagi teman-teman semua. Coba deh bandingin. Bunga bakung itu adanya cuman hari ini, besok uda dibuang ke api. Umurnya dia cuman 1 hari. Udah gitu, dia itu tumbuh hanya karena kasih Allah. Tu bunga bakung juga gak bisa kerja, gak bisa mintal. Dia gak ada gunanya. Dia cuman bisa diem aja, tapi toh Allah tetap mengasihi bunga bakung itu, tetap menerima bunga bakung itu apa adanya. Bahkan Allah mendandani si bunga bakung sebegitu cantiknya sampai Raja Salomo gak bisa berpakaian lebih indah daripada si bunga bakung. Apalagi kasih Allah ke kita, teman-teman!! Kita hidup lebih dari 1 hari, kita bisa hidup sampai berpuluh-puluh tahun. Allah juga tau kita kerja mati-matian untuk bisa makan, minum, punya pakaian yang layak, dan punya rumah yang layak. Allah tau kita butuh penyertaan Dia. Kalau Allah begitu sayang sama si bunga bakung, apalagi sama kita, yang diciptakan menurut gambar dan rupa Dia sendiri?! Percaya deh sama penyertaan dan kepedulian Allah bagi kita. Satu hal lagi. Ingat bahwa kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah? Ketika kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, kita punya yang namanya 'manusia jasmani' dan 'manusia roh.' Saat Yesus bilang bahwa Allah akan mendandani kita, ini berarti dua hal: Allah akan mendandani manusia jasmani kita dengan memberi kita makan, minum, dan pakaian. Tapi gak cuma itu, Allah juga rindu untuk membentuk manusia roh kita. Allah ingin membentuk hati kita menjadi lembut, penuh kasih, persis seperti hati Allah yang lembut dan penuh kasih. Dia akan mempercantik hati kita, membersihkannya dari dosa dan dari hari ke hari, membawa hati kita melekat dengan hatiNya. Bukankah hal ini semakin menunjukkan betapa kita lebih berharga dibandingkan bunga bakung? Allah hanya mempercantik si bunga bakung dari luar. Tapi kalo kita, Allah ingin mempercantik kita dari luar dan dari dalam. :) Inilah salah satu bentuk pernyataan cinta Allah yang terselubung.
Ketika kita berhenti untuk kuatir dan kita sadar bahwa Allah mengasihi dan peduli akan kebutuhan kita, kita menunjukkan kepercayaan dan ketergantungan kita padaNya, dan itu menyenangkan hatiNya. Kita membiarkan Allah menjadi pemimpin dalam hidup kita, bukan diri kita sendiri yang memimpin. Hati-hati teman-teman, seringkali kita gak sadar kalau kita suka mengambil alih setir-Nya Tuhan. Kita maunya nyetir 'mobil kehidupan' kita sendiri, gak mau kalau Tuhan Yesus yang setirin 'mobil kehidupan' kita. Ini Tuhan Yesus gak suka lho.. Keep praying dan minta kepekaan dari Tuhan Yesus supaya kita semua bisa mengenali 'jalan-jalan kehidupan' yang dipilihkanNya bagi kita. :) Jadi, alasan kedua kenapa Yesus minta kita jangan kuatir adalah karena Allah mengasihi kita dan Ia minta kita untuk percaya padaNya.
Alasan ketiga:
Matius 6: 31-32 -> (31) Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? (32) Semuanya itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Perhatikan frase 'bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.' Bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah pikirannya terfokus untuk mencari makanan, minuman, dan pakaian. Intinya, mereka mengutamakan mencari hal-hal untuk memuaskan kebutuhan jasmani mereka. Mereka tidak mengenal Allah, mereka tidak mencari hal-hal yang memuaskan 'manusia roh' mereka. Lalu, bagaimana dengan kita yang sudah mengaku menjadi orang Kristen? Apakah pikiran kita juga terfokus hanya pada hal-hal yang lahiriah? Apakah kita juga sebenarnya termasuk dalam 'bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah'? Kita yang sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat kita, sudah menjadi anak-anak Allah. Bapa kita tahu bahwa kita memerlukan semua itu. Kita perlu makanan, minuman, dan pakaian. Dia pasti akan menyediakan semuanya itu. Tapi, Allah tidak mau pikiran kita hanya terfokus pada hal-hal tersebut. Jadi, Allah mau kita mikirin apa? Jawabannya ada di ayat 33 -> Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Allah mau kita mencari tahu tentang Allah lebih dulu, kenal Dia lebih dulu, akrab dengan Dia dari bangun tidur sampe tidur lagi, setiap hari! Allah mau supaya kita mikirin Dia seharian, persis kalo kita mikirin pacar kita. Hehe.. Nanti, kalo kita uda mikirin Dia terus-terusan, kata-kata Allah yang di Alkitab terngiang-ngiang terus di telinga kita, semuanya itu (yaitu makanan, minuman, dan pakaian -> hal-hal lahiriah) akan ditambahkan ke kita. ^^ So, alasan ketiga kenapa Yesus gak mau kita kuatir adalah karena Dia gak mau kita memper-tuhan-kan kebutuhan2 kita dan mengutamakannya lebih dari pada kita mengutamakan Allah. Kita jadi punya allah lain dalam hidup kita, yaitu kebutuhan2 kita. Dia gak mau itu. Dia maunya hanya Dia satu-satunya Allah kita, Dia mau kita mengutamakan Dia 100%!
Di ayat 34, Tuhan Yesus menyimpulkan: Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Kita diminta untuk gak kuatir akan hari esok, untuk gak hidup di masa depan doank. Biasanya orang melankolis nih yang setau saya paling parah (termasuk saya sendiri.. hehe.. :p), sukanya hidup di masa lalu atau masa depan. Kerjaannya mikir-mikir mulu tentang masa lalu dan masa depan. Tapi di ayat ini, Tuhan Yesus secara khusus, bilang kita jangan hidup di masa depan doank, hidup jugalah di masa kini. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Artinya: perhatikanlah hidup yang kamu jalani hari ini, uda sesuai dengan kehendak Allah atau belum? Gak peduli hari itu seberapa buruknya bagi kita, tetaplah perhatikan bagaimana kita berusaha bergantung pada Allah, mencari tahu apa isi hatiNya. Jadi, jangan anggap hari ini bisa berlalu gitu-gitu aja. Tapi selalu usahakan supaya kita berjalan sesuai kehendakNya sepanjang hari, dari bangun tidur sampe tidur lagi.
Okay, sekarang kita udah tau kenapa Tuhan Yesus suruh kita untuk tidak kuatir. Tapi, kenyataannya kita tetep kuatir kan?! Gimana donk? Kuatir kan bentuk kepedulian kita terhadap tugas-tugas kita dan orang-orang di sekitar kita, masa ga boleh kuatir? Jadi gini, menurut saya pribadi, sebenarnya rasa kuatir yang Allah ciptakan untuk kita adalah alat yang Tuhan pakai untuk membawa kita makin dekat denganNya. Rasa kuatir menjadi salah ketika kita berfokus pada kekuatiran kita dan berusaha mengatasinya dengan kekuatan kita sendiri. Tapi, rasa kuatir menjadi berkat ketika kita membawanya kepada Tuhan dan meminta Dia untuk menolong kita. Melalui rasa kuatir, Allah ingin kita makin dekat sama Dia, makin percaya sama Dia, dan makin tergantung sama Dia. :)
Di buku sa-te saya, Our Daily Bread, tanggal 1 Juli 2010, ada kutipan dari majalah Focal Point (Denver Seminary). Di majalah itu, Paul Borden memberi saran bagaimana kita menyikapi rasa kuatir kita.
1. Start a worry list. Kita boleh tulis sebuah daftar tentang rasa kuatir kita. Boleh tentang apa aja, keluarga, teman-teman, finansial, pasangan hidup, pelayanan, dsb.
2. Turn your worry list into a prayer list. Mintalah pada Tuhan untuk bekerja di setiap hal yang kita bawa dalam doa, yang kita tulis di 'daftar kekuatiran' kita.
3. Turn your prayer list into an action list. Kalau kita ada ide bagaimana mengatasi keadaan yang membuat kita kuatir, langsung ambil tindakan. Take action!
Setelah sa-te hari itu, saya merasa Tuhan benar-benar mengajar saya tentang rasa kuatir. Jadi, merasa kuatir sebenarnya tidak salah, tapi bagaimana kita menyikapinya. Mau terus-menerus kuatir dan kepikiran terus sampai pusing sendiri, atau mau memanfaatkan rasa kuatir itu sebagai alat yang mendekatkan kita dengan Allah? Pilihan ada di tangan kita masing-masing. :) GBU!
makasih yah dah posting artikel ini. Bener banget gak perlu takut karena Tuhan selalu ada di pihak kita :)
BalasHapushai Jump! :) met kenal ya! SIP!! Tuhan di pihak kita, siapakah lawan kita?! thanks komentarnya! GBU.
BalasHapusThanks for sharing, saya tipe kuatir masa depan kronis .........tulisan ini membantu saya....
BalasHapus