Bulan Mei 2011 kemarin, Komisi Remaja GKI Samanhudi merayakan ulang tahun ke-50!! Horee!! Ulang tahun emas!! Jadi, kita2 yang pernah ada di Komisi Remaja (KR) bersatu padu bikin acaranya! Heboh bener deh! Bahkan sampe ada Facebook page-nya. Tujuannya supaya bisa menghubungi om2 dan tante2 yang dulu ikut di KR ini. 50 angkatan dipersatukan dalam reuni akbar!! Woohoo!! Seru dah!! Tema besarnya: Eben Haezer. Dalam kesempatan ini, saya diminta menulis sebuah artikel pengantar tentang om dan tante yang ketemu jodohnya di KR. Hehehe cinta masa muda yang menjadi cinta abadi.
Bertahan Dalam Cinta
oleh Stephanie Gunawan
Saat kita membicarakan tentang cinta, tentulah kita harus membicarakan tentang Allah juga. Mengapa? Karena Allah adalah cinta. Allah adalah kasih itu sendiri. Ketika kita mengenal Allah, kita pasti mengenal kasih.
1 Yohanes 4: 8
Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.
Jadi, jika seseorang telah mengenal Allah, ia akan mampu mengasihi. Ia akan mampu mengasihi Allah dan mengasihi sesamanya.
Setiap manusia diciptakan Allah dengan suatu kebutuhan mendasar yang sangat unik, yaitu kebutuhan untuk mengasihi dan dikasihi Allah. Namun ketika dosa merusak hubungan Allah dengan manusia, manusia harus pergi jauh dari Taman Eden, hidup terpisah dari Allah. Saat itulah kebutuhan dasar manusia sulit terpenuhi. Mereka berusaha untuk mengisi kekosongan dirinya dengan meminta kasih dan perhatian penuh dari pasangannya.
Sejak kejatuhan manusia dalam dosa, secara natural manusia adalah makhluk berdosa, makhluk yang tidak memiliki kasih. Hanya ketika manusia mempunyai hubungan yang erat dengan Allah-lah, manusia bisa mengenal kasih.
1 Yohanes 4: 10
Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.
Allah yang mengajarkan kepada manusia seperti apakah kasih itu (melalui pengorbanan Anak-Nya di atas kayu salib). Setelah manusia mengerti seperti apakah kasih yang Allah ajarkan, barulah manusia bisa membalas kasih Allah, dan akhirnya mengasihi sesamanya.
Di momen ulang tahun Komisi Remaja GKI Samanhudi ke-50, saya ingin mengajak kita semua membuka kembali lembaran-lembaran kisah cinta yang ditulis oleh Tuhan Yesus untuk pasangan kekasih sejak masa remaja mereka hingga saat ini. Pada saat yang Tuhan izinkan, tibalah waktunya bagi mereka untuk menjalani kasih dalam sebuah hubungan yang romantis. Mereka berkenalan pada masa remaja, saling jatuh cinta, menjalin hubungan, mengucapkan janji pernikahan, dan membina keluarga hingga saat ini.
Menurut saya, tidak mudah menyatukan dua pribadi yang berbeda, tapi bukan berarti tidak mungkin. Ketika keduanya telah mengenal dan mengasihi Allah, mereka akan saling mengasihi dengan kasih Allah. Ingat betapa Allah telah mengasihi mereka? Allah telah membiarkan Anak-Nya mati untuk menebus dosa manusia. Ya, demikianlah mereka akan mengasihi Allah dan pasangannya. Mereka akan mengorbankan kepentingan dirinya sendiri, pertama-tama demi menyenangkan hati Allah, dan kemudian untuk menyenangkan hati pasangannya.
Mengorbankan kepentingan diri sendiri bukanlah hal yang mudah. Mungkin hal ini akan sangat mudah jika kita hanya perlu melakukannya selama satu hari. Mungkin akan sedikit lebih sulit ketika kita harus melakukannya selama setahun penuh.Lalu, apa jadinya ketika kita harus melakukannya seumur hidup? Bukankah hal itu sangat luar biasa sulit sekali? Ya, tapi kita punya jawaban yang memampukan kita untuk menjalaninya, yaitu dengan bertahan dalam cinta.
Bertahan dalam cinta berarti bertahan dalam Allah, karena Allah adalah cinta itu sendiri.
Ia rindu setiap anak-anakNya merasakan cinta yang sejati, yang hanya bisa diajarkan olehNya. Kenalilah pribadi Allah, dengarkan suaraNya, baca firmanNya, dan bercakap-cakaplah denganNya. Bertahanlah dalam Allah, maka kita akan mampu bertahan dalam cinta.
Saya percaya pasangan kekasih ini pastilah telah bertahan dalam Allah, bertahan dalam cinta selama masa berpacaran dan masa pernikahan mereka. Itulah yang membantu mereka mengatasi badai di dalam hubungan mereka.
Penasaran ingin tahu tahu bagaimana kisah mereka selengkapnya? Yuk kita baca bersama kesaksian pasangan yang bertahan dalam cinta!
---
Setelah itu ada kesaksian dari Bapak Robby dan Ibu Inge Moningka. :)
Bertahan dalam cinta berarti bertahan dalam Allah, karena Allah adalah cinta itu sendiri. keren teph :)
BalasHapus@Ani: hihi it's the truth Vir! :)
BalasHapussetuju sama si viryanikho,kren euy =))
BalasHapusijin comot ya fan, buat status hahaha
@uly: silakan Uly! :)
BalasHapusblom minta izin, tapi aku dah share kalimat yang sama by sms ke temanky, quote from Stephanie Gunawan. Ga papa kan Step? *maksa* ^^'
BalasHapussalam kenal, steph... bhub ak lg dlm keadaan trpojok dlm cinta, pas banget euy tulisannya, hehe... yuk, mari bertahan sama2... oia, ijin ngelink blog km d blog ak yaa... boleh kah?
BalasHapus@Mega: hehehe iya gpp Meg. :) GBU!!
BalasHapus@Dhieta: Salam kenal juga! Wah semoga bisa memberkati yah! Boleh kok dit! kamu punya blog juga? Mau liat donk? Boleh minta linknya? Thanks!
Kesaksiannya dimana nih? Bacanya dimana?
BalasHapusbaguuuuuuuuuuuuus...hahahaa..
BalasHapus@Anonim: sori saaya gak kenal langsung dengan Bapak Robby dan Ibu Inge Moningka. Jadi saya belum minta izin untuk share tulisan mereka di blog pribadi saya. :) Kalau mau baca, mungkin bisa datang ke GKI Samanhudi dan membeli buku reuni-nya. Hehe
BalasHapus@Kezia: thanks Kezia!!
Iya, bener ci..
BalasHapus"Bertahan dalam cinta, artinya bertahan dalam Allah, karena Allah adalah cinta itu sendiri"
Great quote! and yes, it's true indeed :)
@Febe: Yup! ^^
BalasHapus