Every Man's Battle (1)

Hola guys!! Saya abis baca buku yang bagus banget!! Judulnya Every Man's Battle - by Stephen Arterburn. Ni dia cover bukunyaaa...
Tau gak kira2 buku ini ngomongin tentang apa? Ya tentunya sesuai judulnya donk yah. Pertempuran setiap pria. Apa sih pertempuran setiap pria?? Anybody?? Singles?? Wives?? I bet the wives know about it! :D Yak! Dorongan seksual. Itu yang jadi pertempuran semua pria.

Jadi, dari buku ini, saya tuh kaget banget!! Banyak fakta2 yang saya gak sangka2. Yang utama sih ya, peran MATA bagi pria dan apa akibatnya bagi hubungan pria itu dengan Tuhan, juga hubungan pria itu dengan istri dan anak2nya.

Di awal, penulisnya jelasin masalah2 para pria Kristen yang bergumul dalam menjaga kekudusan. Pria2 ini pengeeeeeeennnnn banget nyenengin hati Tuhan dan gak bergaul dengan yang namanya percabulan, karena mereka tahu bahwa Tuhan gak suka hal itu. Tapi... syusyah banget buat mereka! Saya sendiri gak nyangka kalo urusan ini tuh 'segitu'nya buat kaum cowo. Ini beberapa kesaksian yang dicatat oleh penulisnya. *tulisan yang warna biru tua artinya saya copy plek-plek dari bukunya*

(p. 26-27)
Pria no. 1
Joe menceritakan kepada kami bahwa ia suka menonton volley pantai yang dimainkan oleh perempuan-perempuan. "Malam harinya, saya bermimpi saya betul-betul sedang melakukan hubungan seks dengan pemain-pemain perempuan itu," akunya. "Beberapa di antaranya begitu riang dan begitu riil sehingga ketika bangun keesokan harinya, saya merasa yakin bahwa saya sudah tidur dengan mereka. Digayuti perasaaan bersalah, saya bertanya-tanya di mana istri saya. Pasti, ia sudah meninggalkan saya yang tengah bermain asmara dan ia merasa heran bagaimana saya bisa melakukan hal seperti ini. Akhirnya, setelah kekalutan pikiran saya reda, pelan-pelan saya mengerti bahwa itu hanyalah sebuah mimpi. Namun, saya tetap merasa gelisah. Anda ingin tahu kenapa? Karena, sekalipun saya tahu itu hanya mimpi, saya tidak merasa yakin sepenuhnya bahwa itu bukan satu bentuk perzinahan."

Pria no. 2
Wally, pebisnis yang sering bepergian, menceritakan kepada kami bahwa ia betul-betul merasa takut untuk tinggal di hotel. "Saya berlama-lama dan bersantai-santai ketika makan malam," ujarnya, "sebagai alasan untuk tidak segera masuk kamar karena saya tahu apa yang akan terjadi. Tidak terlalu lama lagi, remote control sudah ada di tangan. Dalam hati saya berkata, "Hanya satu menit saja," tapi saya tahu bahwa saya sedang berbohong. Saya tahu apa yang sebetulnya saya inginkan. Saya sedang berharap bahwa saya bisa melihat satu dua adegan seks singkat ketika mengganti saluran. Saya berkata kepada diri sendiri bahwa saya hanya akan menonton sebentar atau bahwa saya akan matikan televisi itu sebelum saya terhanyut. Lalu, dorongan dari dalam mulai bekerja dan nafsu saya makin memuncak, adakalanya sampai saya harus mencari saluran film biru."

"Gerak pacu dorongan nafsu itu terlalu tinggi sehingga saya harus melakukan sesuatu, kalau tidak, kondisinya akan terasa seperti mesin yang jebol. Maka, saya pun bermasturbasi. Sekali-sekali saya melawan dorongan ini. Namun, bila ini dilakukan, saya dibanjiri pikiran najis dan dorongan nafsu seksual begitu lampu dinyalakan. Mata saya menerawang ke langit-langit kamar. Tidak terlihat apa-apa, tetapi secara harfiah saya merasakan ada suatu gempuran, suatu serangan yang bertubi-tubi. Saya tidak mungkin dapat tidur, dan ini membuat saya merasa sangat sengsara. Jadi saya berkata, 'Baik, jika aku bermasturbasi, aku akan merasa tenang, dan akhirnya aku bisa tidur.' Maka, itulah yang saya lakukan dan coba tebak! Perasaan bersalah itu begitu kuat sehingga saya masih tidak dapat tidur. Saya bangun di pagi hari dalam keadaan betul-betul kepayahan."

Pria no. 3
John bangun di pagi hari sekali untuk menonton tayangan kebugaran di televisi, sekalipun ia bukan orang yang menaruh perhatian pada kebugaran. "Sebetulnya," ia memulai pengakuannya, "Saya merasa betul-betul harus menonton, untuk melihat dari jarak dekat, pameran pantat, buah dada dan khususnya paha bagian dalam, dan nafsu berahi saya timbul dan timbul dan timbul. Adakalanya saya bertanya-tanya apakah produser yang memproduksi itu memang sedang mencoba memancing para pria untuk menyaksikan sajian mereka."

Okaaayyy, sekarang respon dari saya. BUSSSETTTTTT!!!!!!! Idiiihhh apaan sih cowo2 itu??? Kok kaya gitu sih??!!
Buat pria no. 1: WOI!!! Itu kan lagi olah raga!! Emangnya kenapa dengan main volley pantai??? Kurang ajar banget sih lo sembarangan mimpi kaya gitu!! Iiihhh.... menjijikan...
Buat pria no. 2: Sampe takut masuk kamar hotel? Emang sampe segitunya yah? Hm... Jadi merasa kasihan... Kayanya dia udah berusaha lama-lamain makan malem untuk menghindari masturbasi, tapi akhirnya dia jatoh juga. Dia berpikir akan merasa lega setelah masturbasi, tapi yang ada malah perasaan bersalah. Kasihan..
Buat pria no. 3: Apaaah??? Pameran pantat, buah dada dan khususnya paha bagian dalam???? WOOOII!!! Sekali lagi, itu kan lagi olah raga!!! Kenapa nafsu lo malah timbul??

Hmm... hm.... hm....



Hmm......



Hm...


Ternyata begitu yah... cowo kalo ngeliat body cewe, gak peduli tu cewe siapa, imajinasinya langsung kemana-mana yah? Bisa langsung bermasturbasi yah? Baru ngerti nih... Soalnya.... kalo kita yang cewe2, kita gak punya masalah kaya gitu. Well, ada juga hal yang membuat kita turn on, tapi asalnya bukan dari mata. Buat cewe, hal itu lebih ke arah sentuhan dan sifatnya relasional. Jadi maksudnya adalah, kita butuh untuk kenal orang itu secara dekat dan disentuh, baru kita turn on. Bukannya sekedar liat cowo ganteng ato gak pake baju di TV/majalah/media visual apapun, terus kita jadi pengen. It's totally different.

Ini belum kelar tulisannyaaaa... please continue reading to Every Man's Battle (2)